Mukhallad Rahimahullah berkata :
“Tidaklah Allah memerintahkan hambaNya sesuatu, melainkan Iblis menghambatnya dengan dua cara, dan dia tidak peduli dengan yang mana dia akan berhasil mempengaruhinya; apa dengan sikap yang berlebih-lebihan atau dengan sikap meremehkan.”
(Talbis Iblis, 42)
Yusuf bin Asath Rahimahullah berkata :
“Diciptakannya hati itu sebagai tempat berdzikir, kemudian jadilah sebagai tempat syahwat. Tak ada yang mampu menghilangkan syahwat kecuali ketakutan yang menimpa atau kerinduan yang mengguncang.”
(Tahdzib Siyar A’lam An-Nubala, II/702)
Sufyan bin Uyainah Rahimahullah berkata :
“Barangsiapa yang bermaksiat karena memenuhi hawa nafsunya, maka suruhlah ia untuk bertaubat. Sesungguhnya Nabi Adam bermaksiat dikarenakan mengikuti hawa nafsunya, maka diampuni oleh Allah dosanya. Namun barangsiapa yang bermaksiat karena sombong, maka ancamlah pelakunya dengan laknat Allah kepadanya. Karena sesungguhnya iblis bermaksiat karena kesombongannya, maka iapun dilaknat oleh Allah.”
(Shifatu Ash-Shafwah, II/232)
Asy-Sya’bi Rahimahullah berkata :
“Sesungguhnya dinamakan hawa nafsu dengan ahwa (terjerumus) dikarenakan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka.”
(Tanbihu Al-Ghafilin, 261)
Mujahid Rahimahullah berkata :
“Aku tidak tahu nikmat mana yang lebih besar yang dianugerahkan Allah kepadaku; apakah Allah menunjukkan Islam kepadaku atau mengampuni (kesalahan yang disebabkan) hawa nafsuku.”
(Tanbihu Al-Ghafilin, 261)
As-Suffah Rahimahullah berkata :
“Jika kemampuan seseorang (dalam menahan syahwatnya) besar, maka akan melemahlah syahwat tersebut, kecuali dalam hal-hal yang sudah menjadi haknya. Sabar adalah sebuah kebaikan terhadap sesuatu yang menghancurkan agama dan menghinakan penguasa (yang shalih).”
(Tahdzibu Siyaru Al-A’lam An-Nubala, II/520)
sumber : berbagai sumber
sumber : berbagai sumber
0 komentar:
Post a Comment
silahkan di komment. koment dengan baik dan bijaksana, jgn lakukan spam, terima kasih sudah mengunjungi blog saya,, sukses !!!